Senin, 14 Februari 2011
HURT.... T_T
Seems like it was yesterday when I saw your face
You told me how proud you were but I walked away
If only I knew what I know today
I would hold you in my arms
I would take the pain away
Thank you for all you've done
Forgive all your mistakes
There's nothing I wouldn't do
To hear your voice again
Sometimes I want to call you but I know you won't be there
I'm sorry for blaming you for everything I just couldn't do
And I've hurt myself by hurting you
Some days I feel broke inside but I won't admit
Sometimes I just want to hide 'cause it's you I miss
You know it's so hard to say goodbye when it comes to this
Would you tell me I was wrong?
Would you help me understand?
Are you looking down upon me?
Are you proud of who I am?
There's nothing I wouldn't do
To have just one more chance
To look into your eyes and see you looking back
I'm sorry for blaming you for everything I just couldn't do
And I've hurt myself
If I had just one more day, I would tell you how much that
I've missed you since you've been away
Oh, it's dangerous
It's so out of line to try to turn back time
I'm sorry for blaming you for everything I just couldn't do
And I've hurt myself
By hurting you
Rabu, 09 Februari 2011
Menentukan Tebal Perkerasan Jalan
PERKERASAN JALAN
STRUKTUR PERKERASAN
Pada umumnya, perkerasan jalan terdiri dari beberapa jenis lapisan perkerasan yang tersusun dari bawah ke atas,sebagai berikut :
• Lapisan tanah dasar (sub grade)
• Lapisan pondasi bawah (subbase course)
• Lapisan pondasi atas (base course)
• Lapisan permukaan / penutup (surface course
Pada umumnya, perkerasan jalan terdiri dari beberapa jenis lapisan perkerasan yang tersusun dari bawah ke atas,sebagai berikut :
• Lapisan tanah dasar (sub grade)
• Lapisan pondasi bawah (subbase course)
• Lapisan pondasi atas (base course)
• Lapisan permukaan / penutup (surface course
PERKERASAN LENTUR
Jenis dan fungsi lapisan perkerasan
Lapisan perkerasan jalan berfungsi untuk menerima beban lalu-lintas dan menyebarkannya ke lapisan di bawahnya terus ke tanah dasar
Lapisan perkerasan jalan berfungsi untuk menerima beban lalu-lintas dan menyebarkannya ke lapisan di bawahnya terus ke tanah dasar
Lapisan Tanah Dasar (Subgrade)
Lapisan tanah dasar adalah lapisan tanah yang berfungsi sebagai tempat perletakan lapis perkerasan dan mendukung konstruksi perkerasan jalan diatasnya. Menurut Spesifikasi, tanah dasar adalah lapisan paling atas dari timbunan badan jalan setebal 30 cm, yang mempunyai persyaratan tertentu sesuai fungsinya, yaitu yang berkenaan dengan kepadatan dan daya dukungnya (CBR).
Lapisan tanah dasar dapat berupa tanah asli yang dipadatkan jika tanah aslinya baik, atau tanah urugan yang didatangkan dari tempat lain atau tanah yang distabilisasi dan lain lain.
Ditinjau dari muka tanah asli, maka lapisan tanah dasar dibedakan atas :
• Lapisan tanah dasar, tanah galian.
• Lapisan tanah dasar, tanah urugan.
• Lapisan tanah dasar, tanah asli.
Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat tergantung dari sifat-sifat dan daya dukung tanah dasar.
Umumnya persoalan yang menyangkut tanah dasar adalah sebagai berikut :
• Perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) akibat beban lalu lintas.
• Sifat mengembang dan menyusutnya tanah akibat perubahan kadar air.
• Daya dukung tanah yang tidak merata akibat adanya perbedaan sifat-sifat tanah pada lokasi yang berdekatan atau akibat kesalahan pelaksanaan misalnya kepadatan yang kurang baik.
Lapisan tanah dasar adalah lapisan tanah yang berfungsi sebagai tempat perletakan lapis perkerasan dan mendukung konstruksi perkerasan jalan diatasnya. Menurut Spesifikasi, tanah dasar adalah lapisan paling atas dari timbunan badan jalan setebal 30 cm, yang mempunyai persyaratan tertentu sesuai fungsinya, yaitu yang berkenaan dengan kepadatan dan daya dukungnya (CBR).
Lapisan tanah dasar dapat berupa tanah asli yang dipadatkan jika tanah aslinya baik, atau tanah urugan yang didatangkan dari tempat lain atau tanah yang distabilisasi dan lain lain.
Ditinjau dari muka tanah asli, maka lapisan tanah dasar dibedakan atas :
• Lapisan tanah dasar, tanah galian.
• Lapisan tanah dasar, tanah urugan.
• Lapisan tanah dasar, tanah asli.
Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat tergantung dari sifat-sifat dan daya dukung tanah dasar.
Umumnya persoalan yang menyangkut tanah dasar adalah sebagai berikut :
• Perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) akibat beban lalu lintas.
• Sifat mengembang dan menyusutnya tanah akibat perubahan kadar air.
• Daya dukung tanah yang tidak merata akibat adanya perbedaan sifat-sifat tanah pada lokasi yang berdekatan atau akibat kesalahan pelaksanaan misalnya kepadatan yang kurang baik.
Lapisan Pondasi Bawah (Subbase Course)
Lapis pondasi bawah adalah lapisan perkerasan yang terletak di atas lapisan tanah dasar dan di bawah lapis pondasi atas.
Lapis pondasi bawah ini berfungsi sebagai :
• Bagian dari konstruksi perkerasan untuk menyebarkan beban roda ke tanah dasar.
• Lapis peresapan, agar air tanah tidak berkumpul di pondasi.
• Lapisan untuk mencegah partikel-partikel halus dari tanah dasar naik ke lapis pondasi atas.
• Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari beban roda-roda alat berat (akibat lemahnya daya dukung tanah dasar) pada awal-awal pelaksanaan pekerjaan.
• Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari pengaruh cuaca terutama hujan.
Lapis pondasi bawah adalah lapisan perkerasan yang terletak di atas lapisan tanah dasar dan di bawah lapis pondasi atas.
Lapis pondasi bawah ini berfungsi sebagai :
• Bagian dari konstruksi perkerasan untuk menyebarkan beban roda ke tanah dasar.
• Lapis peresapan, agar air tanah tidak berkumpul di pondasi.
• Lapisan untuk mencegah partikel-partikel halus dari tanah dasar naik ke lapis pondasi atas.
• Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari beban roda-roda alat berat (akibat lemahnya daya dukung tanah dasar) pada awal-awal pelaksanaan pekerjaan.
• Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari pengaruh cuaca terutama hujan.
Lapisan pondasi atas (base course)
Lapisan pondasi atas adalah lapisan perkerasan yang terletak di antara lapis pondasi bawah dan lapis permukaan.
Lapisan pondasi atas ini berfungsi sebagai :
• Bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan menyebarkan beban ke lapisan di bawahnya.
• Bantalan terhadap lapisan permukaan.
Bahan-bahan untuk lapis pondasi atas ini harus cukup kuat dan awet sehingga dapat menahan beban-beban roda.
Dalam penentuan bahan lapis pondasi ini perlu dipertimbangkan beberapa hal antara lain, kecukupan bahan setempat, harga, volume pekerjaan dan jarak angkut bahan ke lapangan.
Lapisan pondasi atas adalah lapisan perkerasan yang terletak di antara lapis pondasi bawah dan lapis permukaan.
Lapisan pondasi atas ini berfungsi sebagai :
• Bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan menyebarkan beban ke lapisan di bawahnya.
• Bantalan terhadap lapisan permukaan.
Bahan-bahan untuk lapis pondasi atas ini harus cukup kuat dan awet sehingga dapat menahan beban-beban roda.
Dalam penentuan bahan lapis pondasi ini perlu dipertimbangkan beberapa hal antara lain, kecukupan bahan setempat, harga, volume pekerjaan dan jarak angkut bahan ke lapangan.
Lapisan Permukaan (Surface Course)
Lapisan permukaan adalah lapisan yang bersentuhan langsung dengan beban roda kendaraan.
Lapisan permukaan ini berfungsi sebagai :
• Lapisan yang langsung menahan akibat beban roda kendaraan.
• Lapisan yang langsung menahan gesekan akibat rem kendaraan (lapisaus).
• Lapisan yang mencegah air hujan yang jatuh di atasnya tidak meresap ke lapisan bawahnya dan melemahkan lapisan tersebut.
• Lapisan yang menyebarkan beban ke lapisan bawah, sehingga dapat dipikul oleh lapisan di bawahnya.
Apabila dperlukan, dapat juga dipasang suatu lapis penutup / lapis aus (wearing course) di atas lapis permukaan tersebut.
Fungsi lapis aus ini adalah sebagai lapisan pelindung bagi lapis permukaan untuk mencegah masuknya air dan untuk memberikankekesatan (skid resistance) permukaan jalan. Apis aus tidak diperhitungkan ikut memikul beban lalu lintas.
Lapisan permukaan adalah lapisan yang bersentuhan langsung dengan beban roda kendaraan.
Lapisan permukaan ini berfungsi sebagai :
• Lapisan yang langsung menahan akibat beban roda kendaraan.
• Lapisan yang langsung menahan gesekan akibat rem kendaraan (lapisaus).
• Lapisan yang mencegah air hujan yang jatuh di atasnya tidak meresap ke lapisan bawahnya dan melemahkan lapisan tersebut.
• Lapisan yang menyebarkan beban ke lapisan bawah, sehingga dapat dipikul oleh lapisan di bawahnya.
Apabila dperlukan, dapat juga dipasang suatu lapis penutup / lapis aus (wearing course) di atas lapis permukaan tersebut.
Fungsi lapis aus ini adalah sebagai lapisan pelindung bagi lapis permukaan untuk mencegah masuknya air dan untuk memberikankekesatan (skid resistance) permukaan jalan. Apis aus tidak diperhitungkan ikut memikul beban lalu lintas.
Karakteristik Perkerasan Lentur
· Bersifat elastis jika menermiia beban, sehingga dapa memberi kenyamanan bagi pengguna jalan.
· Pada umumnya menggunakan bahan pengikat, aspal.
· Seluruh lapisan ikut menanggung beban.
· Penyebaran tegangan ke lapisan tanah dasar sedemikiw sehingga tidak merusak lapisan tanah dasar (subgrade).
· Usia rencana maksimum 20 tahun. (MKJI = 23 tahun)
· Selama usia rencana diperlukan pemeliharaan secara berkah (routine maintenance).
Lalu-lintas Rencana untuk Perkerasan Lentul
· Persentase Kendaraan pads Lajur Rencana
Jalur Rencana (JR) merupakan jalur lalu-lintas dari suatu rim jalan raga yang terdiri dari satu Lajur atau lebih.
Tabel - 7.5 : Jumlah Lajur berdasarkan lebar perkerasan
Jika jalan tidak memiliki tanda batas lajur maka jumlah lajur ditentukan berd.
Add caption |
Angka Ekivalen (E) Beban Sumbu Kendaraan
Angka Ekivalen Sumbu Ganda
Perhitungan Lalu-lintas
(a) Lintas Ekivalen Permulaan (LEP)
n
LEP = Y- LHRj x Q x Ej
j=l
j=l
(b) Lintas Ekivalen Akhir (LEA)
LEA = E LHRj (I + i)UR x Ci x Ei
j=l
j=l
(c) Lintas Ekivalen Tengah (LET)
LET - LEP + LEA
Lintas Ekivalen Rencana (LER)
LER = LET x FP
FP= UR
10
10
dimana : i = perkembangan lalu-lintas
j = jenis kendaraan
LHR = lalu-lintas harian rata-rata
UR = usia rencana, (tahun)
FP = faktor penyesuaian
Perhitungan Daya Dukung Tanah Dasar
Daya dukung tanah dasar (DDT) (Ditetapkaii berdasarkan grafik korelasi. Daya dukung tanah dasar diperolch dari nilai CBR atau Plate Bearing Test, DCP, dll.
Faktor Regional
Faktor
regional adalh faktor koreksi sehubungan dengan adanya perbedaan
kondisi dengan kondisi percobaan AASHTO Road Test dan disesuaikan dengan
keadaan di Indonesia.
Indeks Permukaan
Indeks permukaan adalah nilai kerataan/kehalusan sert cekokohan permukaan yang bertalian dengan tingkat pelayanan bagi lalu-Iintas yang lewat.
ITP = a1D1 +a2D2 + a3D3
Dimana :
ITP = indeks tebal perkerasan
A = koefisien lapisan
D = tebal lapisan
PERKERASAN KAKU
Perkerasan
jalan beton semen atau secara umum disebut perkerasan kaku, terdiri
atas plat (slab) beton semen sebagai lapis pondasi dan lapis pondasi
bawah (bisa juga tidak ada) di atas tanah dasar. Dalam konstruksi
perkerasan kaku, plat beton sering disebut sebagai lapis pondasi karena
dimungkinkan masih adanya lapisan aspal beton di atasnya yang berfungsi
sebagai lapis permukaan.
Perkerasan beton yang kaku dan memiliki modulus elastisitas yang tinggi, akan mendistribusikan beban ke bidang tanah dasra yang cukup luas sehingga bagian terbesar dari kapasitas struktur perkerasan diperoleh dari plat beton sendiri. Hal ini berbeda dengan perkerasan lentur dimana kekuatan perkerasan diperoleh dari tebal lapis pondasi bawah, lapis pondasi dan lapis permukaan.
Karena yang paling penting adalah mengetahui kapasitas struktur yang menanggung beban, maka faktor yang paling diperhatikan dalam perencanaan tebal perkerasan beton semen adalah kekuatan beton itu sendiri. Adanya beragam kekuatan dari tanah dasar dan atau pondasi hanya berpengaruh kecil terhadap kapasitas struktural perkerasannya.
Lapis pondasi bawah jika digunakan di bawah plat beton karena beberapa pertimbangan, yaitu antara lain untuk menghindari terjadinya pumping, kendali terhadap sistem drainasi, kendali terhadap kembang-susut yang terjadi pada tanah dasar dan untuk menyediakan lantai kerja (working platform) untuk pekerjaan konstruksi.
Secara lebih spesifik, fungsi dari lapis pondasi bawah adalah :
• Menyediakan lapisan yang seragam, stabil dan permanen.
• Menaikkan harga modulus reaksi tanah dasar (modulus of sub-grade reaction = k), menjadi modulus reaksi gabungan (modulus of composite reaction).
• Mengurangi kemungkinan terjadinya retak-retak pada plat beton.
• Menyediakan lantai kerja bagi alat-alat berat selama masa konstruksi.
Menghindari terjadinya pumping, yaitu keluarnya butir-butiran halus tanah bersama air pada daerah sambungan, retakan atau pada bagian pinggir perkerasan, akibat lendutan atau gerakan vertikal plat beton karena beban lalu lintas, setelah adanya air bebas terakumulasi di bawah pelat.
Pemilihan penggunaan jenis perkerasan kaku dibandingkan dengan perkerasan lentur yang sudah lama dikenal dan lebih sering digunakan, dilakukan berdasarkan keuntungan dan kerugian masing-masing jenis perkerasan tersebut seperti dapat dilihat pada Tabel 1.3.
Perkembangan perkerasan kaku
Pada awal mula rekayasa jalan raya, plat perkerasan kaku dibangun langsung di atas tanah dasar tanpa memperhatikan sama sekali jenis tanah dasar dan kondisi drainasenya. Pada umumnya dibangun plat beton setebal 6 – 7 inch. Dengan bertambahnya beban lalu-lintas, khususnya setelah Perang Dunia ke II, mulai disadari bahwa jenis tanah dasar berperan penting terhadap unjuk kerja perkerasan, terutama sangat pengaruh terhadap terjadinya pumping pada perkerasan. Oleh karena itu, untuk selanjutnya usaha-usaha untuk mengatasi pumping sangat penting untuk diperhitungkan dalam perencanaan.
Pada periode sebelumnya, tidak biasa membuat pelat beton dengan penebalan di bagian ujung / pinggir untuk mengatasi kondisi tegangan struktural yang sangat tinggi akibat beban truk yang sering lewat di bagian pinggir perkerasan.
Kemudian setelah efek pumping sering terjadi pada kebanyakan jalan raya dan jalan bebas hambatan, banyak dibangun konstruksi pekerasan kaku yang lebih tebal yaitu antara 9 – 10 inch.
Guna mempelajari hubungan antara beban lalu-lintas dan perkerasan kaku, pada tahun 1949 di Maryland USA telah dibangun Test Roads atau Jalan Uji dengan arahan dari Highway Research Board, yaitu untuk mempelajari dan mencari hubungan antara beragam beban sumbu kendaraan terhadap unjuk kerja perkerasan kaku.
Perkerasan beton pada jalan uji dibangun setebal potongan melintang 9 – 7 – 9 inch, jarak antara siar susut 40 kaki, sedangkan jarak antara siar muai 120 kaki. Untuk sambungan memanjang digunakan dowel berdiameter 3/4 inch dan berjarak 15 inch di bagian tengah. Perkerasan beton uji ini diperkuat dengan wire mesh.
Tujuan dari program jalan uji ini adalah untuk mengetahui efek pembebanan relatif dan konfigurasi tegangan pada perkerasan kaku. Beban yang digunakan adalah 18.000 lbs dan 22.400 pounds untuk sumbu tunggal dan 32.000 serta 44.000 pounds pada sumbu ganda. Hasil yang paling penting dari program uji ini adalah bahwa perkembangan retak pada pelat beton adalah karena terjadinya gejala pumping. Tegangan dan lendutan yang diukur pada jalan uji adalah akibat adanya pumping.
Selain itu dikenal juga AASHO Road Test yang dibangun di Ottawa, Illinois pada tahun 1950. Salah satu hasil yang paling penting dari penelitian pada jalan uji AASHO ini adalah mengenai indeks pelayanan. Penemuan yang paling signifikan adalah adanya hubungan antara perubahan repetisi beban terhadap perubahan tingkat pelayanan jalan. Pada jalan uji AASHO, tingkat pelayanan akhir diasumsikan dengan angka 1,5 (tergantung juga kinerja perkerasan yang diharapkan), sedangkan tingkat pelayanan awal selalu kurang dan 5,0.
Jenis-jenis perkerasan jalan beton semen
Berdasarkan adanya sambungan dan tulangan plat beton perkerasan kaku, perkerasan beton semen dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis sebagai berikut :
Berdasarkan adanya sambungan dan tulangan plat beton perkerasan kaku, perkerasan beton semen dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis sebagai berikut :
• Perkerasan beton semen biasa dengan sambungan tanpa tulangan untuk kendali retak.
• Perkerasan beton semen biasa dengan sambungan dengan tulangan plat untuk kendali retak. Untuk kendali retak digunakan wire mesh diantara siar dan penggunaannya independen terhadap adanya tulangan dowel.
• Perkerasan beton bertulang menerus (tanpa sambungan). Tulangan beton terdiri dari baja tulangan dengan prosentasi besi yang relatif cukup banyak (0,02 % dari luas penampang beton).
• Perkerasan beton semen biasa dengan sambungan dengan tulangan plat untuk kendali retak. Untuk kendali retak digunakan wire mesh diantara siar dan penggunaannya independen terhadap adanya tulangan dowel.
• Perkerasan beton bertulang menerus (tanpa sambungan). Tulangan beton terdiri dari baja tulangan dengan prosentasi besi yang relatif cukup banyak (0,02 % dari luas penampang beton).
Pada
saat ini, jenis perkerasan beton semen yang populer dan banyak
digunakan di negara-negara maju adalah jenis perkerasan beton bertulang
menerus.
Faktor untuk Menentukan Ketebalan
- Kekuatan Lapisan Tanah Dasar
Untuk perencanaan tebal perkerasan kaku, daya dukung tanah .11 diperoleh dengan nilai CBR, seperti halnya pada perencanaan ih-rasan lentur, meskipun pada umumnya dilakukan dengan iq,,gunakan nilai (k) yaitu modulus reaksi tanah dasar.
Nilai (k), dapat diperoleh dengan pengujian "Plate Bearing".
- Kekuatan Beton
- Lalu-lintas Rencana
- Lapisan Pondasi Bawah (Sub Base)
Alasan dan keuntungan digunakannya lapisan ponclasi bawili (sub base) di bawah perkerasan kaku, adalah sebagai berikut
- Menambah daya dukung lapisan tanah dasar
- Menyediakan lantai kerja yang stabil untuk peralatail konstruksi
- Untuk mendapatkan permukaan daya dukung yang seragain
- Untuk mengurangi lendutan pada sambungan-sambungai sehingga menjamin penyaluran beban melalui sanibunl,,;n muai dalam jangka waktu lama
- Untuk membantu menjaga perubahan volume lapisan tanah
Sambungan
- Jenis sambungan
= Sambungan Susut, atau sambungan pada bidang yang diperlemah (dummy) dibuat untuk mengalihkan tegangan tarik akibat : suhu, kelembaban, gesekan seh'Lnggi ;thip mencegah retak. Jika sambungan susut tidak dipasang, mAl akan terjadi retak acak pada permukaan beton.
= Sambungan Muai, fungsi utamanya untuk menyMpkm ruang muai pada perkerasan, sehingga mencegah terjadinya tegangan tekan yang akan menyebabkan perkerasan tertekuk.
= Sambungan konstruksi (pelaksanaan), diperlukan untuk kebutuhan. konstruksi (berhenti dan mulai pengecoran). .Jarak antara sambungan memanjang disesuaikan dengan lebar alat : atau mesin penghampar (paving machine) dan oleh chi perkerasan.
- Geometrik Sambungan
= Tata letak sambungan
= Dimensi sambungan
= Dowel
= Batang Pengikat
Minggu, 06 Februari 2011
PERKERASAN JALAN LASTON DENGAN METODE ASSHTO
A. Pengenalan Laston
Laston
atau aspal beton adalah jenis perkerasan jalan yang terdiri dari campuran
agregat degan aspal, dengan atau tanpa bahan tambahan, yang dicampur,
dihamparkan dan dipadatkan pada suhu tertentu.
Karakteristik
Beton Aspal
• Stabilitas,
adalah kemampuan perkerasan aspal menerima baban lalu lintas tanpa terjadi
perubahan bentuk tetap, seperti gelombang, alur dan bleeding.
Faktor
yang mempengaruhi niali stabilitas beton aspal :
- Gesekan internal, yang berasal dari
kekasaran permukaann butiran agregat, luas bidang kontak, bentuk butiran,
gradasi agregat, kepadatan campuran dan tebal film aspal
- Kohesi, adalah gaya iktan aspal yang berasal
dari daya lekat aspal terhadap agregat.
Daya kohesi terutama ditentukab oleh penetrasi aspal, perubahan viscositas
akibat temperatur, tingkat pembebanan,
komposisi kimiawi aspal, efek dari wakti dan umur aspal.
• Keawetan/durabilitas,
adalah kemampuan beton aspal menerima repetisi beban lalu lintas seperti berat
kendaraan dan gesekan antara roda kendaraan dgn permukaan jalan, serta menahan
keausan akibat pengaruh suhu dan iklim
• Kelenturan/fleksibilitas
adalah kemampuanbeonaspal untuk menyesusikan diri akibat penurunan
danpergerakan dari pondasi atau tanah dasar, tanpa terjadinya retak
• Ketahanan
terhadap kelelahan/Fatique reistance, adalah kemampuan
beton aspal menerima lendutan berulang akibat repetisi beban, tanpa terjadinya
kelelahan berupa alur dan retak
• Kekesatan/tahanan
geser /Skid resistance, adalah kemampuan permukaan beton
aspal terutama kondisi basah, memebrikan gaya gesk pada roda kendaraan sehinga
kendaraan tidak tergelincir atau slip
• Kerdap
air/impermeabilitas, adalah kemapuan beton aspal untuk
tidak dapat dimasuki air ataupun udara kedalam lapisan beton aspal.
• Mudah
dilaksanakan/Workability, adalah kemampuan campuran beton
aspal untuk mudah dihamparkan dan dipadatkan. Tingkat workability menentukan
tingkat efisiensi pekerjaan.
Skema
Volume Beton Aspal
Vmb = volume bulk
campuran beton aspal padat
Vsb = volume bulk dari agregat
Vse = volume efektif agregat
VMA
= volume pori antara butiran agregat di dalam beton aspal padat
Vmm
= volume tanpa pori udara dari aspal beton padat
VIM = Volume pori udara dalam aspal beton padat
VFA = Volume pori antar agregat yang terisi aspal
pada beton aspal
Vab = Volume aspal yang terabsorbsi ke dalam
agregat dari beton aspal padat
B. Metoda AASHTO’93
Salah satu metoda perencanaan
untuk tebal perkerasan jalan yang sering digunakan adalah metoda AASHTO’93.
Metoda ini sudah dipakai secara umum di seluruh dunia untuk perencanaan serta
di adopsi sebagai standar perencanaan di berbagai negara. Di Indonesia
digunakan Metode Bina Marga yang yang merupakan
modifikasi dari metode AASHTO 1972 revisi 1983 .
Metoda
AASHTO’93 ini pada dasarnya adalah metoda perencanaan yang didasarkan pada
metoda empiris. Parameter yang dibutuhkan pada perencanaan menggunakan metoda
AASHTO’93 ini antara lain adalah :
a.
Structural Number (SN)
b. Lalu
lintas
c.
Reliability
d. Faktor
lingkungan
e.
Serviceablity
·
Structural Number
Structural Number (SN) merupakan fungsi dari ketebalan lapisan, koefisien relatif
lapisan (layer coefficients), dan koefisien drainase (drainage
coefficients). Persamaan untuk Structural Number adalah sebagai berikut :
SN = a1D1 + a2D2m2 + a3D3m3 ……………………………………………..(Pers.
1)
Dimana :
SN = nilai Structural
Number.
a1, a2, a3 =
koefisien relatif masing‐masing lapisan.
D1, D2, D3 =
tebal masing‐masing lapisan perkerasan.
m1, m2, m3 =
koefisien drainase masing‐masing lapisan.
·
Lalu Lintas
Prosedur perencanaan untuk parameter
lalu lintas didasarkan pada kumulatif beban gandar standar ekivalen (Cumulative
Equivalent Standard Axle, CESA). Perhitungan untuk CESA ini didasarkan pada
konversi lalu lintas yang lewat terhadap beban gandar standar 8.16 kN dan
mempertimbangkan umur rencana, volume lalu lintas, faktor distribusi lajur,
serta faktor bangkitan lalu lintas (growth factor).
·
Reliability
Konsep reliability
untuk perencanaan perkerasan didasarkan pada beberapa ketidaktentuan
(uncertainties) dalam proses perencaaan untuk meyakinkan alternatif‐alternatif berbagai perencanaan. Tingkatan reliability ini yang
digunakan tergantung pada volume lalu lintas, klasifikasi jalan yang akan
direncanakan maupun ekspetasi dari pengguna jalan.
Reliability
didefinisikan sebagai kemungkinan bahwa tingkat pelayanan dapat tercapai pada
tingkatan tertentu dari sisi pandangan para pengguna jalan sepanjang umur yang
direncanakan. Hal ini memberikan implikasi bahwa repetisi beban yang
direncanakan dapat tercapai hingga mencapai tingkatan pelayanan tertentu.
Pengaplikasian
dari konsep reliability ini diberikan juga dalam parameter standar deviasi yang
mempresentasikan kondisi‐kondisi lokal dari ruas jalan yang
direncanakan serta tipe perkerasan antara lain perkerasan lentur ataupun
perkerasan kaku. Secara garis besar pengaplikasian dari konsep reliability
adalah sebagai berikut:
a. Hal
pertama yang harus dilakukan adalah menentukan klasifikasi dari ruas jalan yang
akan direncanakan. Klasifikasi ini mencakup apakah jalan tersebut adalah jalan
dalam kota (urban) atau jalan antar kota (rural).
b. Tentukan
tingkat reliability yang dibutuhkan dengan menggunakan tabel yang ada pada
metoda perencanaan AASHTO’93. Semakin tinggi tingkat reliability yang dipilih,
maka akan semakin tebal lapisan perkerasan yang dibutuhkan.
c. Satu
nilai standar deviasi (So) harus dipilih. Nilai ini mewakili dari kondisi‐kondisi lokal yang ada. Berdasarkan data dari jalan percobaan
AASHTO ditentukan nilai So sebesar 0.25 untuk rigid dan 0.35 untuk flexible
pavement. Hal ini berhubungan dengan total standar deviasi sebesar 0.35 dan
0.45 untuk lalu lintas untuk jenis perkerasan rigid dan flexible.
·
Faktor Lingkungan
Persamaan‐persamaan yang digunakan untuk perencanaan AASHTO didasarkan atas
hasil pengujian dan pengamatan pada jalan percobaan selama lebih kurang 2
tahun. Pengaruh jangka panjang dari temperatur dan kelembaban pada penurunan
serviceability belum dipertimbangkan. Satu hal yang menarik dari faktor
lingkungan ini adalah pengaruh dari kondisi swell dan frost heave
dipertimbangkan, maka penurunan serviceability diperhitungkan selama masa
analisis yang kemudian berpengaruh pada umur rencana perkerasan.
Penurunan serviceability
akibat roadbed swelling tergantung juga pada konstanta swell, probabilitas
swell, dll. Metoda dan tata cara perhitungan penurunan serviceability ini
dimuat pada Appendix G dari metoda AASHTO’93.
·
Serviceability
Serviceability
merupakan tingkat pelayanan yang diberikan oleh sistem perkerasan
yang kemudian dirasakan oleh pengguna jalan. Untuk serviceability ini parameter
utama yang dipertimbangkan adalah nilai Present Serviceability Index (PSI).
Nilai serviceability ini merupakan nilai yang menjadi penentu tingkat pelayanan
fungsional dari suatu sistem perkerasan jalan. Secara numerik serviceability
ini merupakan fungsi dari beberapa parameter antara lain ketidakrataan, jumlah
lobang, luas tambalan, dll.
Nilai
serviceability ini diberikan dalam beberapa tingkatan antara lain :
a. Untuk
perkerasan yang baru dibuka (open traffic) nilai serviceability ini
diberikan sebesar 4.0 – 4.2. Nilai ini dalam terminologi perkerasan diberikan
sebagai nilai initial serviceability (Po).
b. Untuk
perkerasan yang harus dilakukan perbaikan pelayanannya, nilai serviceability
ini diberikan sebesar 2.0. Nilai ini dalam terminologi perkerasan diberikan
sebagai nilai terminal serviceability (Pt).
c. Untuk
perkerasan yang sudah rusak dan tidak bisa dilewati, maka nilai serviceability
ini akan diberikan sebesar 1.5. Nilai ini diberikan dalam terminologi failure
serviceability (Pf).
Persamaan AASHTO’93
Dari hasil
percobaan jalan AASHO untuk berbagai macam variasi kondisi dan jenis
perkerasan, maka disusunlah metoda perencanaan AASHO yang kemudian berubah
menjadi AASHTO. Dasar perencanaan dari metoda AASHTO baik AASHTO’72, AASHTO’86,
maupun metoda terbaru saat sekarang yaitu AASHTO’93 adalah persamaan seperti
yang diberikan dibawah ini:
Dimana:
W18 =
Kumulatif beban gandar standar selama umur perencanaan (CESA).
ZR =
Standard Normal Deviate.
So =
Combined standard error dari prediksi lalu lintas dan kinerja.
SN =
Structural Number.
Po =
Initial serviceability.
Pt =
Terminal serviceability.
Pf =
Failure serviceability.
Mr =
Modulus resilien (psi)
C. Langkah‐Langkah Perencanaan Laston Dengan Metoda AASHTO’93
Langkah‐langkah perencanaan dengan metoda AASHTO’93 adalah sebagai
berikut:
a. Tentukan
lalu lintas rencana yang akan diakomodasi di dalam perencanaan tebal
perkerasan. Lalu lintas rencana ini jumlahnya tergantung dari komposisi lalu
lintas, volume lalu lintas yang lewat, beban aktual yang lewat, serta faktor
bangkitan lalu lintas serta jumlah lajur yang direncanakan. Semua parameter
tersebut akan dikonversikan menjadi kumulatif beban gandar standar ekivalen
(Cumulative Equivalent Standard Axle, CESA).
b. Hitung
CBR dari tanah dasar yang mewakili untuk ruas jalan ini. CBR representatif dari
suatu ruas jalan yang direncanakan ini tergantung dari klasifikasi jalan yang
direncanakan. Pengambilan dari data CBR untuk perencanaan jalan biasanya
diambil pada jarak 100 meter. Untuk satu ruas jalan yang panjang biasanya
dibagi atas segmen‐segmen yang mempunyai nilai CBR yang
relatif sama. Dari nilai CBR representatif ini kemudian diprediksi modulus
elastisitas tanah dasar dengan mengambil persamaan sebagai berikut:
E = 1500 CBR (psi)
……………………………………………………………(3)
Dimana :
CBR = nilai CBR representatif
(%).
E = modulus elastisitas tanah
dasar (psi).
c.
Kemudian tentukan besaran‐besaran fungsional dari sistem
perkerasan jalan yang ada seperti Initial Present Serviceability Index (Po),
Terminal Serviceability Index (Pt), dan Failure Serviceability Index (Pf).
Masing‐masing besaran ini nilainya
tergantung dari klasifikasi jalan yang akan direncanakan antara lain urban
road, country road, dll.
d.
Setelah itu tentukan reliability dan standard normal deviate.
Kedua besaran ini ditentukan berdasarkan beberapa asumsi antara lain tipe
perkerasan dan juga klasifikasi jalan.
e.
Menggunakan data lalu lintas, modulus elastisitas tanah dasar serta besaran‐besaran fungsional Po, Pt, dan Pf serta reliability
dan standard normal deviate kemudian bisa dihitung Structural Number yang
dibutuhkan untuk mengakomodasi lalu lintas rencana. Perhitungan ini bisa
menggunakan grafik‐grafik yang tersedia atau juga
bisa menggunakan rumus AASHTO’93 seperti yang diberikan pada Persamaan 2
diatas.
f.
Langkah selanjutnya adalah menentukan bahan pembentuk lapisan perkerasan.
Masing‐masing tipe bahan perkerasan
mempunyai koefisien layer yang berbeda. Penentuan koefisien layer ini
didasarkan pada beberapa hubungan yang telah diberikan oleh AASHTO’93.
g.
Menggunakan keofisien layer yang ada kemudian dihitung tebal lapisan masing‐masing dengan menggunakan hubungan yang diberikan
pada Persamaan 1 diatas dengan mengambil koefisien drainase tertentu yang
didasarkan pada tipe pengaliran yang ada.
h.
Kemudian didapat tebal masing‐masing lapisan. Metoda AASHTO’93
memberikan rekomendasi untuk memeriksa kemampuan masing‐masing lapisan untuk menahan beban yang lewat
menggunakan prosedur seperti yang diberikan pada langkah berikut ini:
Dimana:
ai = Koefisien layer masing‐masing lapisan
Di =
Tebal masing‐masing lapisan.
SNi =
Structural Number masing‐masing lapisan.
Keterangan : D dan SN
yang mempunyai asterisk (*) menunjukkan nilai aktual yang digunakan dan
nilainya besar atau sama dengan nilai yang dibutuhkan.
D. Contoh Perencanaan Jalan
Laston Metode AASHTO
Jalan percobaan berlokasi di
kampus UMY di jalan Lingkar Utara Yogyakarta. Jalan percobaan ini direncanakan
untuk lalu lintas sedang dengan nilai kumulatif beban gandar standar ekivalen
sebesar 300.000 ESA. Komposisi lapisan yang direncanakan adalah sebagai berikut
:
a. Lapis
permukaan ACWC.
b. Lapis
Pondasi AC Base.
c. Lapis
Pondasi Agregat.
Sedangkan untuk metoda
perhitungan yang digunakan adalah metoda AASHTO’93 dengan mengambil parameter‐parameter sebagai berikut:
a.
Initial Present Serviceability Index (Po) = 4.0
b.
Failure Serviceability Index (Pf) = 2.0
c. Terminal
Serviceability Index (Pt) = 1.5
d.
Standard Deviate (So) = 0.45
e.
Reliability = 95%, hal ini memberikan nilai Zr = ‐1.645
Untuk bahan pembentuk perkerasan
digunakan sebagai berikut:
a.
Lapisan aus terdiri dari AC WC dengan Modulus Elastisitas 2,000 MPa dan layer
coefficient a = 0.40.
b. Lapis
pondasi beraspal terdiri dari AC Base dengan Modulus Elastisitas 1,500 MPa dan
layer coefficient a = 0.30.
c. Lapis
pondasi berbutir terdiri dari Lapis Pondasi Atas dengan CBR 90% dan Modulus
Elastisitas 200 Mpa (dari hubungan CBR dan modulus di buku AASHTO’93) dan layer
coefficient 0.13.
d. Tanah
dasar dengan CBR sebesar 6% dan Modulus Elastisitas 60 MPa.
Hasil dari perencanaan tebal
perkerasan untuk lalu lintas 300,000 CESA diberikan pada Gambar 2 sedangkan
hasil perhitungan secara tabelaris diberikan pada Tabel 1 berikut ini.
Langganan:
Postingan (Atom)